Kalau orang
bertanya tentang kenangan terindah dalam hidup ku pasti aku akan bilang tahu
cina, kenapa..???
Waktu itu aku masih di tingkat satu perguruan tinggi, kedua orang tua ku bekerja
dan kakakku sudah mulai sibuk dengan sekolah di kedokteran. Sangking sibuk
dengan kegiatan masing-masing kita jarang ketemu, kalau pun bertemu itu paling
hari libur atau saat malam tiba.
Hari itu hari sabtu, kebetulan kami semua libur, biasanya kalau hari
libur kita suka bermalas-malasan bangun dari tempat tidur. Tapi pagi itu kita
di bangunkan oleh ketukan pintu pak RT (Rukun Tetangga) di lingkunganku, beliau memberitahukan
kalau akan ada pengasapan untuk mencegah nyamuk demam berdarah berkembang.
Sepontan kami kaget karena kebetulan surat edaran RT yang sudah di edarkan dari
jauh-jauh hari tidak kami baca, kami biarkan saja di kotak pos rumah. Dengan
terburu-buru kami bangun dan merapihkan rumah yang berantakan oleh piring kotor
dan makanan yang berserakan. Karena biasanya kalau pengasapan kita sudah siap
menutup makanan dan barang-barang yang rentan terkena penyemprotan demam
berdarah tersebut.
Di dapur mama sudah sibuk mempersiapkan sarapan, sedangkan kami
bertiga merapikan barang-barang dan menutup makanan agar tidak terkena
penyemprotan. Papa keluar melihat situasi, penyemprotan sudah sampai rumah
siapa. Karena rumah kami di sebuah kompleks jadi penyemprotan bergilir dari RT
1 dan kemudian keseterusnya, papa masuk dan memberitahu penyemprotan sebentar
lagi dekat rumah kami, mama keluar terburu-buru membawa semangkuk nasi dan
sepotong tahu cina goreng yang besar serta kecap manis. “sarapan dulu” ucap
mama sambil terburu-buru. Kami yang saat itu belum mandi dan memang baru
terbangun dari tidur langsung melahap tahu goreng kecap plus nasi itu dalam
satu piring. Berebutan dan bergantian kami makan dalam satu piring, sambil
tersenyum karena lontaran ledekan dan canda dari mulut kami masing-masing.
“maaf ya mama gak sempat masak nasi dan belanja, tadi Cuma ada tahu lagi pula
baru mateng satu entar gak keburu lagi sarapan” ucap mama.
Saat itu kami makan lahap sekali walau hanya dengan semangkuk nasi
dan sepotong tahu cina yang besar itu di hadapan kami, namun entah mengapa saat
itu tahu cina yang sering aku abaikan keberadaanya terasa nikmat di lidahku,
bahkan bila saat itu mama menggorengkan satu lagi mungkin aku akan
menghabiskanya sendiri. Tak lama kemudian pak RT kembali datang memberitahukan,
kami pun keluar rumah karena rumah kami akan segera di lakukan pengasapan.
Satu yang ku rasa mungkin saat itu, nikmatnya keberadaan mereka
disisiku, kebersamaan yang jarang sekali kami rasakan karena kesibukan kami
masing-masing. Sebenarnya momen-momen seperti ini lah yang aku rindukan selama
ini, tapi momen tahu cina ini sulit sekali terulang kembali karena memang hidup
itu penuh dengan pilihan di mana setiap pilihan itu pasti ada resiko yang harus
kita hadapi. Mama dan papa bekerja agar kami mendapatkan pendidikan yang
terbaik dan memang biaya sekolah untuk seorang anak yang sekolah di kedokteran
dan perguruan tinggi seperti aku dan kakakku buat orang yang keadaan
financialnya seperti kami tidak lah mudah, dan pengorbanan papa dan mama pun
terbayar kini. Berkat izin Allah SWT kami lulus meraih cita-cita dan dengan
berkahNya pula lah kini aku dan kakakku menikmati harta yang tak akan pernah
berkurang bahkan mungkin akan terbawa hingga kami kembali kepadNya, yaitu “Ilmu
Pengetahuan”.
Terima kasih Mama dan Papa
No comments:
Post a Comment