Thursday, July 19, 2012

Kenangan Sepotong Tahu Cina


Kalau orang bertanya tentang kenangan terindah dalam hidup ku pasti aku akan bilang tahu cina, kenapa..???
Waktu itu aku masih di tingkat satu perguruan tinggi, kedua orang tua ku bekerja dan kakakku sudah mulai sibuk dengan sekolah di kedokteran. Sangking sibuk dengan kegiatan masing-masing kita jarang ketemu, kalau pun bertemu itu paling hari libur atau saat malam tiba.
Hari itu hari sabtu, kebetulan kami semua libur, biasanya kalau hari libur kita suka bermalas-malasan bangun dari tempat tidur. Tapi pagi itu kita di bangunkan oleh ketukan pintu pak RT (Rukun Tetangga) di lingkunganku, beliau memberitahukan kalau akan ada pengasapan untuk mencegah nyamuk demam berdarah berkembang. Sepontan kami kaget karena kebetulan surat edaran RT yang sudah di edarkan dari jauh-jauh hari tidak kami baca, kami biarkan saja di kotak pos rumah. Dengan terburu-buru kami bangun dan merapihkan rumah yang berantakan oleh piring kotor dan makanan yang berserakan. Karena biasanya kalau pengasapan kita sudah siap menutup makanan dan barang-barang yang rentan terkena penyemprotan demam berdarah tersebut.
Di dapur mama sudah sibuk mempersiapkan sarapan, sedangkan kami bertiga merapikan barang-barang dan menutup makanan agar tidak terkena penyemprotan. Papa keluar melihat situasi, penyemprotan sudah sampai rumah siapa. Karena rumah kami di sebuah kompleks jadi penyemprotan bergilir dari RT 1 dan kemudian keseterusnya, papa masuk dan memberitahu penyemprotan sebentar lagi dekat rumah kami, mama keluar terburu-buru membawa semangkuk nasi dan sepotong tahu cina goreng yang besar serta kecap manis. “sarapan dulu” ucap mama sambil terburu-buru. Kami yang saat itu belum mandi dan memang baru terbangun dari tidur langsung melahap tahu goreng kecap plus nasi itu dalam satu piring. Berebutan dan bergantian kami makan dalam satu piring, sambil tersenyum karena lontaran ledekan dan canda dari mulut kami masing-masing. “maaf ya mama gak sempat masak nasi dan belanja, tadi Cuma ada tahu lagi pula baru mateng satu entar gak keburu lagi sarapan” ucap mama.
Saat itu kami makan lahap sekali walau hanya dengan semangkuk nasi dan sepotong tahu cina yang besar itu di hadapan kami, namun entah mengapa saat itu tahu cina yang sering aku abaikan keberadaanya terasa nikmat di lidahku, bahkan bila saat itu mama menggorengkan satu lagi mungkin aku akan menghabiskanya sendiri. Tak lama kemudian pak RT kembali datang memberitahukan, kami pun keluar rumah karena rumah kami akan segera di lakukan pengasapan.
Satu yang ku rasa mungkin saat itu, nikmatnya keberadaan mereka disisiku, kebersamaan yang jarang sekali kami rasakan karena kesibukan kami masing-masing. Sebenarnya momen-momen seperti ini lah yang aku rindukan selama ini, tapi momen tahu cina ini sulit sekali terulang kembali karena memang hidup itu penuh dengan pilihan di mana setiap pilihan itu pasti ada resiko yang harus kita hadapi. Mama dan papa bekerja agar kami mendapatkan pendidikan yang terbaik dan memang biaya sekolah untuk seorang anak yang sekolah di kedokteran dan perguruan tinggi seperti aku dan kakakku buat orang yang keadaan financialnya seperti kami tidak lah mudah, dan pengorbanan papa dan mama pun terbayar kini. Berkat izin Allah SWT kami lulus meraih cita-cita dan dengan berkahNya pula lah kini aku dan kakakku menikmati harta yang tak akan pernah berkurang bahkan mungkin akan terbawa hingga kami kembali kepadNya, yaitu “Ilmu Pengetahuan”.

Terima kasih Mama dan Papa