Monday, February 27, 2012

Si Juteks yang menyita perhatianku...!

Aku tak tahu mengapa si jutekss satu ini selalu saja menyita perhatian ku, wajah polos, ceriwis dan postur tubuh yang kecil diantara teman-temanya tak membuat dia kehilangan Powernya sebagai Pramuka sejati.

mungkin awal yang ku sadari adalah ketika dia mengikuti pentas tari pada hari ulang tahun Jakarta, si mungil yang termasuk paling muda diantara temanya ini tak pernah mau di remehkan, kehalianya menari membuat orang tersenyum melihatnya.

Hal berikutnya yang kemudian aku sadari, tak di pungkiri lagi dia memang Pramuka Sejati, Ikut syuting iklan Menpora di Cibubur hingga tengah malam, Jambore Ranting menjadi ketua regu, menari di setiap pentas lomba dan ke Malaysia menjadi si kecil yang termuda diantara teman-temanya tak membuat dia manja bahkan terlihat lebih bijak di banding teman-temanya.

Sebut saja Michelle, lengkapanya Michelle Keren HS, si mungil yang jutekss, bawel dan mandiri. mungkin jarak usia yang begitu dekat dengan sang adik membuat dia harus menjadi kakak yang bisa menjadi panutan buat adiknya. di kelas si Jutekss seorang murid yang berada dalam 10 besar, bahkan ketika dia diusulkan untuk menjadi Pramuka Garuda Tingkat Jakarta Barat 2011 dengan percaya diri dia datang bergabung dengan teman-temanya dari wilayah lain. Kelihaianya dalam bergaul tak membuat dia kesulitan untuk berteman dengan teman-teman yang baru saja dia kenal, memiliki seorang ibu yang selalu mendukung di setiap kegiatanya membuat dia mandiri, kreatif dan pribadi yang menyenangkan.

Masih ingat saat itu ketika dia berlari menghampiriku dalam orientasi Pramuka Garuda, "Kakak.....!!" panggilnya dengan senyum riang sambil berlari kecil menghampiriku, kami pun duduk berdekatan di sebuah saung, sambil berbincang bayak hal. Selang beberapa hari aku mendampinginya untuk seleksi Pramuka Garuda, dari balik jendela ku pandangi dia, tak puas aku dekatkan pandangan lewat celah pintu yang terbuka, dengan cemas aku menantinya sambil berharap dia dapat mengikuti semua seleksi dengan baik dan lulus menjadi Pramuka Garuda. Saat dia keluar dengan wajah polos dan senyum nakalnya, seakan dia tak mengerti bahwa kami menunggu kabar gembira itu, Alhamdulillah kamu terpilih menjadi Pramuka Garuda tingkat Jakarta Barat dik.....Senang dan kagum pada mu membuat aku tak bisa berkata apa-apa lagi.

"Aku kan Pramuka Sejati....!" itu yang dia ucapkan kepada ayahnya ketika dia mendapatkan kecelakaan di perkemahan Jambore Ranting, Ingin rasanya aku terbang dan melayang kearahmu ketika aku tahu saat itu kamu yang terkena musibah. saat itu aku berada di pos depan menjaga meja pendaftaran peserta, seketika aku berlari kearahnya, tubuh mungil kamu sudah diangkat menuju Rumah Sakit terdekat. di luar aku cemas dengan keadaanya dan berharap dia baik-baik saja, sesekali kamu menangis dik... ingin rasanya aku mengusap tangan mu agar terasa ringan rasa sakit itu.

keputusan untuk pulang membuat kamu menangis dan marah, "Aku gak mau pulang....!!!" ucapnya sambil menangis, semangatnya untuk terus mengikuti perkemahan dan mengemban tugas sebagai ketua regu membuat kamu tak ingin pulang. Aku kagum kepada mu dik... di saat seusiamu ketika aku mempunyai banyak kesempatan dalam kegiatan Pramuka aku malah menyia-nyiakan, tetapi kamu tak ingin kehilangan kesempatan itu sedikit pun.

Karena semangat yang ada pada dirimu dan orang tua yang selalu mendukungmu, membuat aku tak gentar memperjuangkan kepergian mu ke Malaysia untuk yang ke dua kalinya di tahun 2011, dengan harapan kelak pengalaman ini bisa menjadikanmu orang besar yang bijaksana serta berbudi luhur. Bersama teman sejawat ku Dhini, aku mencari dana dengan harapan sedikit dapat membantu biaya untuk kepergianmu, walau di luar sana banyak siswa yang mampu bisa dengan mudah ikut, walau banyak yang meragukan dirimu, walau banyak orang-orang di sekitarku mencibir usahaku untuk mendapatkan dana bagi dirimu, tetap Si Jutekss yang satu ini sudah benar-benar menyita perhatian ku dan aku tak dapat berpaling darinya.

Kamu memiliki semangat yang tak di miliki anak-anak lain, kamu memiliki jiwa yang tidak di miliki anak-anak kaya yang manja dan dengan mudah mendapatkan apa saja yang dia mau, kamu memilki kepercayaan diri yang tidak di miliki anak-anak lainya dan yang terpenting dalam diri kepolosan kamu tak memiliki rasa iri hati yang dapat menghancurkan dirimu sendiri. Tetap Semangat Cantik....!!

Thursday, February 23, 2012

Mutiara-mutiara berbakat yang saya tinggalkan

Datang berkunjung sejenak setelah saya akhirnya berkeputusan untuk mengundurkan diri membuat saya tak mampu berkata-kata, sebuah laptop milik sekolah yang sepanjang hari bersama saya bahkan saat tertidurpun tak pernah saya tinggalkan, kini saya harus tinggalkan. bukan masalah laptop masih bisa di beli dengan uang bahkan bisa lebih bagus lagi, tetapi sejarah dari laptop itu lah yang membuat saya tak mampu melepaskanya (semoga kalian bisa menjaganya seperti saya menjaganya selama in).

Sambil sesekali memandang keluar saya bertemu dengan murid kelas 3 yang sedang berolah raga, seorang anak langsung berteriak memanggil saya ketika itu, seketika semua teman-temanya ikut menghampiri saya dengan berlari kecil meraih tangan saya untuk bersalaman.

Si ompong dan sipit ini memang begitu ceriwis, setiap bertemu saya dia selalu bercerita berbagai hal termasuk soal teman lelaki yang dia sukai. Dulu saya sempat perlahan menuntun dia untuk menulis sebuah cerita dari pengalaman hidupnya, awalnya sulit, namun kemudian dia datang kepada saya tangan mungilnya menarik tangan saya memberi tanda agar saya mendekatkan telinga saya di depan mulutnya, perlahan saya membukukkan badan, "Kakak aku punya cerita, sudah aku tulis, tolong di masukkan ke dalam blogg ya..." bisiknya kepadaku. Seketika saya ingin berteriak bahagia rasanya saat itu, Alhamdulillah ternyata pendekatan saya untuk menuntun dia menuju bakatnya membuahkan keberanian buat dia menampilkan cerita yang dia tulis sendiri ke dalam Blogg sekolah.

Kini saya hanya bisa terdiam mendengarkan dia berceloteh seperti biasanya, sambil terus menatapi mimik wajahnya yang lucu bila sedang bercerita, sesekali saya berusaha menarik nafas saya perlahan dan dalam dengan harapan dapat menahan keluarnya air dari sudut mata ini. Saya tak ingin dia tahu kalau saat itu ingin rasanya saya terus memeluknya dan leher ini sudah terlalu sakit menahan agar tak keluar air dari mata saya. tak beberapa lama ia pun pamit untuk bergabung untuk olah raga dengan teman-teman lainya, sebelum dia berlari menuju ke sana saya menarik tanganya dan memberika sebuah buku cerita yang mungkin bermafaat untuknya kelak. "Jangan berhenti menulis ya... karena itu kelebihan mu yang belum kamu sadari"

Kemudian saya susuri karidor sekolah, dari celah jendela sekolah yang kecil ku perhatikan kalian satu persatu, anak-anak berbakat yang entah siapa nanti akan menuntun mereka untuk menyadari bakat mereka. di ujung kantin seorang murid kelas 1 berlari kearahku bersama temanya "Miss....!!" teriaknya sambil memeluk saya, "Cium Miss..." ucapnya kemudian saya dekatkan pipi saya untuk dia cium di ikuti teman-temanya bersalaman dengan saya. Si kecil ini manja di kelas, ketika saya mengajar di kelasnya, dia senang sekali bila sudah melakukan sesuatu saya memujinya, dan tentu saja dengan minta di gendong atau minta mencium pipi saya seperti sekarang ini.

Perlahan saya naiki anak tangga satu-persatu.... ku pandangi lagi setiap lorong yang saya lewati, yang selama ini tak pernah berarti menurut saya. Seketika di ujung kelas sana sekumpulan murid yang guru kelasnya kebetulan belum datang ke kelas berteriak memanggil saya, "Kakak.... !!" Panggil murid kelas 6 dan 5 yang sudah cukup dekat dengan saya  mereka sambil berlari meraih tanga untuk bersalaman . sejenak saya kembali bersenda gurau dan bercerita bersama mereka, mengenang masa-masa kami bersama pergi ke Malaysia, tentang pelajaran dan lainya. "kak kenapa sih gak kakak lagi yang ngajari bahasa Inggris..??" pertanyaan mereka yang tak bisa saya jawab, dan memuat dada ini terasa sesak, adik-adik kecil saya ingin sekali...tetapi itu tak mungkin dan saya tak bisa menjawabnya mengapa.

Tak terasa waktu yang kami habiskan membuat mereka harus kembali ke kelas, perlahan saya pamit dan berjanji akan main lagi suatu saat nanti, entah apakah saya sanggup suatu hari nanti kembali kesana dan apakah kalian pun masih mengingat saya, hanya waktu yang bisa menjawab.

Kalian lah mutiara-mutiara berbakat yang saya tinggalkan, suatu hari nanti kalian yang akan mengendalikan dunia dengan bakat pada diri kalian, kembangkan, sadari dan jaga anugrah Tuhan pada diri kalian. Karena setiap anak itu Spesial dan setiap manusia itu Pintar/cerdas pada bidangnya masing-masing. Tidak ada manusia yang bodoh, yang ada hanyalah manusia yang malas.

Maafkan tak bisa bersama kalian lagi......Miss you so....!!

Semua anak itu istimewa..., setiap manusia itu pandai dan cerdas..., setiap pribadi itu spesial... dan setiap orang butuh di hargai..., kata-kata ini lah yang selalu saya pegang ketika saya berhadapan dengan anak-anak. Bercermin pada masa kecil saya yang indah dalam lingkup keluarga sederhana dan orang-orang yang menyayangi saya dengan caranya.

Pertama kali saya menginjak sekolah itu, tak pernah terfikir oleh saya untuk berhenti di sana, bahkan untuk bertahun-tahun. Yang terfikir saat itu hanyalah berniat membantu dengan keahlian dan pengetahuan yang saya miliki. Perlahan-lahan mulai terlihat hasilnya, background saya yang tak memiliki adik dan merupakan anak terakhir di keluarga membuat saya begitu dekat dengan anak-anak.

Kepergian saya, ke Malaysia bersama Tim untuk menaikan nama sekolah membuahkan hasil sekolah makin di kenal, dari murid hanya 125 orang kini mencapai 327 orang, dari sekolah berakreditasi "B" karena kami memiliki Prestasi ke Malaysia akhirnya berakreditasi "A", semua ini saya kerjakan dengan sukarela. Membuat sesuatu yang menarik dengan dana pribadi, bahkan membuat proposal, editing video dan photo kegiatan sekolah serta paparan untuk akreditasi siang dan malam agar saat akreditasi lebih menarik yang tak sedikitpun di hargai oleh mereka tak menghalangi kreativitas saya untuk menuntun adik-adik lebih mengenal bakat pada dirinya.

Mereka bagai adik kecil saya, kami bercerita berbagai hal di setiap istirahat, kami berbagi banyak hal di sepanjang waktu luang kegiatan sekolah, sesekali kantor ini penuh oleh celotehan mereka yang saling berebut bercerita akan banyak hal, sesekali wajah mungil mereka muncul di balik pintu kantor hanya sekedar menyapa saya yang sedang dihadapkan tumpukan kerjaan dengan senyum gigi ompongnya. Terfikir dalam benak saya ntuk menuntun mereka menulis cerita tentang pengalamanya dalam sebuah tulisan, saya buatkan mereka komunitas dan wadah untuk mereka berbagi dan menyalurkan aspirasi mereka dalam sebuah Blog sekolah. Walaupun terkadang pulsa internet pribadi saya tak pernah di bayar oleh pihak sekolah, namun itu tak membatasi saya untuk terus membimbing mereka yang senang bercerita menjadi penulis, yang senang melukis dapat di tayangkan karyanya, yang senang dalam seni bentuk dan tari bisa bangga karena di liput oleh temanya yang gemar bercerita.

Sesekali saya membantu proses belajar mengajar di kelas, pernah dalam waktu yang cukup lama saya merangkap sebagai operator sekolah sekaligus sebagai guru bidang studi atas permintaan komite sekolah karena kekosongan guru bidang studi tersebut, awalnya membantu seorang guru bidang studi yang katanya kesulitan memiliki buah hati setelah sekian tahun menikah dan ketika dia di berikan anugerah kehamilan dia tak sanggup mengajar semua kelas karena lemahnya kehamilan beliau.

Awalnya bantuan saya itu di hargai oleh komite dan sekolah, secara financial upah saya di tambahkan oleh sekolah (walau tak seberapa namun saya menghargai setiap penghargaan mereka terhadap saya) tetapi setelah beliau kembali masuk (setelah 6 bln cuti) dan akhirnya saya tetap membina empat kelas serta dia lima kelas rendah (karena menurut guru bidang studi itu dia belum dapat maksimal mengajar karena bayinya tak dapat di tinggal lama dan dia sendiri masih dalam keadaan lemah sehabis menjalani persalinan).

Ini lah awalnya pengorbanan saya di abaikan, bahkan saya hanya di hargai sebagai operator sekolah saja, untuk pengorbanan saya mengajar di kelas tak sedikit pun pihak sekolah menghargai saya, secara financial saya hanya di berikan sebesar honorer operator sekolah. Tetapi saya lantas tak patah semangat, dengan terus membimbing adik-adik ini sebisa saya, sesekali saya berikan games untuk memotivasi mereka saya berikan mereka hadiah di setiap games yang mereka menangkan. Dan ketika mereka akan menghadapi ujian sekolah walaupun harus menggunakan financial pribadi, untuk memotivasi mereka dalam belajar saya katakan kepada mereka siapa pun yang mendapatkan nilai ujian tertinggi di kelas saya akan hadiakan buku cerita. Bahkan saya mengorbankan waktu luang saya buat adik-adik yang ingin sharing pelajaran karena merasa kurang di kelas.

Usaha saya dalam memacu semangat belajar mereka perlahan mulai di rasakan hasilnya, anak-anak yang awalnya hanya terlewatkan begitu saja oleh guru mereka kini menjadi yang terbaik di kelasnya dalam nilai, bakat mereka mulai terlihat sesuai pribadi mereka, kemudian timbul dalam benak saya ingin membuat suatu club di sekolah sesuai bidang studi yang saya ajarkan, club ini akan di adakan seminggu dua kali dalam seminggu karena proses belajar mengajar di kelas berlangsung sekitar jam 7.30-13.30, dan guru selesai tugas di sekolah jam 15.00, dalam waktu 1.30 yang terbuang sia-sia mungkin saya bisa mengumpulkan mereka di dalam club itu.

Di sekolah banyak anak yang tak mampu untuk mengikuti kursus atau les private di luar sekolah tetapi cerdas dalam mata pelajaran ini, karena itu saya berencana menyatukan mereka untuk menanbah wawasan mereka. Tetapi belum terlaksana rencana itu sesuatu hal besar terjadi dan membuat saya tertunduk lemas...., semua pengorbanan saya untuk dunia pendidikan seakan sia-sia di mata mereka..., waktu saya yang seharusnya saya gunakan untuk mencari pekerjaan tetap yang lebih baik dari pada hanya sekedar guru honorer seakan terbuang sia - sia termakan oleh usia yang semakin bertambah....

Saya bagaikan di tampar oleh sebuah tangan yang kekar, tak ada yang membela dan tak ada yang berusaha untuk menenangkan, semua bahkan mungkin bertepuk bahagia di balik punggung saya. Berhari-hari saya tertunduk lemas dalam penderitaan batin tetapi tak satu jua yang berusaha menegakkan kembali jiwa saya. Bila ingat kejadian itu ingin rasanya saya menangis kencang, berteriak agar semua orang tahu betapa sayangnya saya kepada anak - anak itu.

"Tolong jangan racuni mereka dengan tindakan yang tidak terpuji...!!" seorang guru mampu memberika jawaban Ujian kepada muridnya bertahun - tahun dia mengajar, meracuni muridnya dengan dalih les private yang berujung kepada jawaban ujian sekolah sehingga orang tua merasa dia sudah berhasil memberikan les private pada anaknya lewat seorang guru bidang studi, agar tidak terjadi lagi saya mencoba pendekatan kepada anak dan orang tua murid dengan tidak bermaksud menuduh saya coba menjelaskan,  seorang wali murid bahkan mengatakan "Hal ini sudah biasa, kenapa harus di perbesarkan...!" itu yang dia katakan ketika anaknya saya panggil karena ketahuan mendapatkan jawaban ujian sekolah dari seorang guru yang memberikan les kepadanya. bahkan wali murid itu meragukan kepandaian saya dalam mengajar, saya masih ingat sekali wajah dia menghakimi saya dengan kata-katanya "apa sih yang di ajarkan...! paling cuma nyanyi-nyanyi sambil main Games terus, gak pernah ada catatan....!!".

Hari dimana seorang ibu dan ayah datang menghakimi cara saya mengajar dan membenarkan tidakan seorang guru yang memberikan jawaban ujian di setiap les private-nya, tak mungkin saya lupakan. Semua seakan sia-sia, usaha saya mengajar agar anak-anak termotivasi leawat games dan nyanyian di anggap suatu hal yang membodohi anak karena tidak pernah menulis catatan atau latihan soal (karena mereka menganggap belajar itu adalah menulis, mendengar dan latihan soal). Saya hanya dapat tertunduk tak berdaya oleh kekecewaan di dalam hati saya, beginikah orang tua mendidik anak mereka...?? membenarkan tindakan seorang guru dengan berdalih les private untuk sebuah nilai yang besar bagi anaknya.

Saya lelah berjuang sendiri tanpa dukungan bahkan ketika saya mencoba mengulang kembali ujian tersebut saya mendapatkan perbedaan nilai anak-anak itu jauh di bawah nilai awal, ada yang awal ujian mendapat nilai 80 setelah di uji ulang mendapatkan nilai 18. tapi bukti itu sia-sia, tetap orang tua murid menganggap saya tidak adil dengan guru tersebut dan menuduh saya melarang murid-murid les dengan guru tersebut. Saya ingin bertahan bila melihat wajah mungil mereka yang menyayangi saya, tetapi saya merasa ini bukan tempat saya, bukan cara saya untuk berbagi pengetahuan dan mengamalkan ilmu saya, karena betapapun kuatnya saya bertahan takakan ada penghargaan di dalamnya.

Seandainya orang tua murid mengerti, saya hanya ingin menyelamatkan anak-anak mereka dari pembodohan, tetapi mereka tetap beranggapan dengan memberikan les private kepada guru bidang studi itu sudah merupakan usaha terbaik mereka untuk membimbing anak-anak mereka. buat mereka anak harus memiliki nilai tinggi tanpa harus memahami pelajaran yang mereka dapati.

Teruntuk mahluk mungil di sana..... Maafkan saya, bila memang cara saya salah, tetapi saya sudah memberikan maksimal untuk kalian, dan saya yakin semuanya kelak ada manfaatnya, saya sayang kalian... walau nanti pun kalian akan lupakan saya dan berpaling dengan yang lain... satu hal yang harus kalian ingat...., saya akan ada untuk kalian menjadi yang pertama untuk mendengarkan, berbagi berbagai hal dan meraih tangan kalian untuk saya genggam agar kalian kuat menjalani kehidupan kalian di hari depan.

Wednesday, February 22, 2012

Untuk Kalian Mahluk mungil Yang Tersayang

Meninggalkan kalian adalah beban besar dalam hidup, walau saya akhirnya harus memilih jalan ini. Tak ada yang akan menyangka kapan saat kita meninggalkan dan kapan saat kita di tingglkan, dan tak akan ada yang dapat menyangka kapan kita di pertemukan dan kapan kita di pisahkan. ini lah hidup adik - adik...

Bila ingat masa lalu hanya suatu bertanda betapa beruntungnya kita pernah di pertemukan, banyak hal dalam hidup ini yang membuat kita belajar untuk saling berbagi, menyanyangi dan saling memperhatikan. riuh... gaduh suara kalian dalam bercerita berbagai hal adalah senyum di setiap hari-hari jenuh yang saya lalui.., celoteh riang, dan manja kalian adalah harapan buat saya suatu hari kalian akan lebih baik menjalani hidup ini di hari depan.

Walau kini tak saya temui lagi wajah mungil kalian yang sesekali mencari-cari dan memanggil saya di sela pintu kantor yang terbuka, walau cerita polos kalian tak saya jumpai lagi di sela pekerjaan saya yang menumpuk, walau kita tak dapat berbagi cerita dan berjalan beriringan, walau tangan ini tak dapat lagi membimbing kalian menuju gerbang kedewasaaan. tapi saya yakin hidup akan mengajarkan kalian untuk menuju hari depan kalian.

Hidup adalah pilihan dan sebuah pengharapan, karena itu jangan takut untuk memilih walau resiko di setiap pilihan itu pasti ada, jangan berhenti berharap, karena dengan harapan kita memiliki tujuan di hari depan yang ingin kita raih.

Saturday, February 4, 2012

Raja swedia datang

Ketika tahu akan datang Raja Swedia ke Jakarta, saya langsung menyampaikan keinginan saya kepada bunda. Dengan sedikit aji mumpung saya coba merayu bunda agar saya bisa datang ke acara tersebut, he.he... boleh dooong....aji mumpung asal untuk tujuan yang baik. Bunda saya yang merupakan andalan kwarcab akhirnya memperbolehkan saya datang pada hari Selasa 31 Januari 2011 dalam acara tersebut dan bergabung dengan tim dari sekolah Barunawati, semula saya di sarankan bergabung dengan tim Kwarnas menggantikan tugas Bunda tetapi tak di ijinkan oleh salah seorang kakak yg merupakan andalan Kwarnas (Thanx banget buat mami di Barunawati dan kaka-kakak yang memperbolehkan saya bergabung).

Pagi hari sebelum penjagaan di perketat saya sudah berada di Bumi Perkemahan Cibubur, karena kebetulan rumah saya tak jauh dari lokasi jadi saya memutuskan untuk tidak menginap. Terlihat adik-adik Penggalang mulai mempersiapkan diri untuk pertunjukan, jam 5 pagi mereka sudah siap berlatih untuk persiapan atraksi. Dengan sigap aku membantu persiapan mereka sebisa aku, walau sedikit canggung tetapi teman-teman di sana menerima saya apa adanya.

Pramuka dari berbagai sekolah di Jakarta ini bakal mempertunjukkan beragam kegiatan pramuka, mulai dari baris-berbaris, permainan, hingga seni tradisional Indonesia. Raja Swedia untuk pertama kalinya berkunjung ke Indonesia. Dalam kesempatan ini, Raja Swedia akan memberikan donasi senilai 500.000 dollar AS untuk meluaskan gerakan Messengers of Peace yang digagasnya bersama Raja Abdullah dari Arab Saudi. John Geoghegan, seorang CEO Yayasan Pramuka Dunia, berkeliling dengan ramah menyapa adik-adik yang sudah mempertunjukan keterampilan Pramuka, timbul dalam benak saya untuk sedikit berbincang denganya. Dia menanyakan siapa nama saya, apa posisi saya di Pramuka, apa pekerjaan saya dll. Saya senang sekali dengan ramah dia memberikan kartu namanya dan sebelum berpisah kami pun berfoto bersama.

Lelah berkeliling sambil sedikit photo-photo akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke rombongan saya, tetapi belum sampai ke sana dari ke jauhan tampak adik-adik dari Barunawati hanya diam sambil memperhatikan, dengan sedikit berteriak saya menawarkan untuk menjembatani mereka berfoto dengan tamu yang datang, mereka pun setuju, seketika di sebelah saya hadir Dr. Eberhard Von Koerber sedang berkeliling melihat barisan adik-adik yang beratraksi, langsung saya bertanya kepadanya apakah dia bersedia untuk berfoto bersama adik-adik dari sekolah Barunawati, dia setuju dan kami pun bergabung bersama untuk mengambil gambar.

Walau saya tak dapat berfoto dengan Raja Swedia H.M Carl XVI Gustaf  karena penjagaan ketat layaknya penjagaan Presiden, tetapi saya senang sekali hari itu, setidaknya saya kembali mengasah keahlian saya dalam bahasa dan keberanian saya untuk bersosialisasi





Friday, February 3, 2012

Meet friends Through Technology

In the morning 27 April 2011, Scout brothers in Jakarta was ready to meet with their friends from Malaysia and Brunei in the video conference. They look so Happy and can't wait to see their friends from Malaysia and Brunei. Michell, Daffa, Nadya and Harry tell each other when their met with their friends in Kuala Lumpur Malaysia October 2010. They miss their friends so and wish they can talk with them in the video conference.

At 11. am they met on the video chatt, although they can't talk with friends who they are know, they look so happy have a new friends especially our new friends from Brunei. 

The long distance from our friends is not a problem anymore for members of Scouts around the world, we make contacts and meet friends via video chatt it's a nice.

This video conferencing is also covered by TV 3 Malaysia and Brunei Newspapers. This is a photo of the cut of newspaper in Brunei and our picture in the school during the video conference.

Meet friends through technology easier for us to know news of friends and long distances is not a problem for us to open friendship. 

Hopefully we can meet again someday, not only through Technology but can meet in person with our friends.


           

Kata Mama Gak boleh kelihatan Giginya kak.....!!!

Muka mungil, gigi ompong, mata sipit dan tak pernah lepas dengan senyumanya yang mungil terkadang muncul menyapaku di sela jam istirahat sekolah membuat aku rehat sejenak melepas lelah. "Kakak...!" Sapanya dari balik pintu sambil malu-malu menghampiriku yang sedang sibuk dengan setumpuk kerjaan yang harus aku ketik dan diselesaikan hari itu. "Haii... Coba kakak Lihat, sudah tumbuh belum giginya. atau masih di pinjem sama tikus...??" canda ku sambil tertawa.

Sejenank aku teringat ketika dia dan teman-temanya di tugaskan untuk memperagakan desain busana Pramuka dalam rangka Rakernas yang diadakan di Kwarnas 11 hingga 20 Maret 2011. Loisa, Ani, Daffa dan Arin setelah selesai pengukuran baju di latih untuk berjalan memperagakan rancangan busana Pramuka, bersama beberapa teman lainya dari gugus depan lain mereka dengan semangat mengikuti kakak-kakak yang melatih mereka untuk berjalan memperagakan busananya.
Perlahan ku dekati Lois yang sedang bermain bersama temanya Ani setelah berlatih, "Lois coba kakak liat senyumnya" ucap ku, "kan nanti Lois harus senyum gak boleh ceberut, coba kakak juga mau liat senyum Ani" lanjut ku lagi. bersama-sama Lois dan Ani memperlihatkan senyum mereka " Nah... Ani bagus tuh senyumnya... kok Lois cuma sedikit senyumnya, giginya mana...??" rayu aku kepada Lois. "Begini kaka..." ucapnya sambil memperagakan senyum di bibirnya, tetap tersenyum tanpa gigi. "Kok cuma sedikit, di lebarin dong kayak Ani, biarin giginya keliatan kan cantik" ungkapku, "Iya Lois kamu tuh cantik kalau senyum, keluarin dong gignya..." sambut Arin lagi menambahi ucapanku.

Seketika Lois mendekatiku dan berbicara berbisik di telingaku, "Kakak kata mama gak boleh kelihatan giginya, jadi senyumnya begini aja mmm...." ucapnya sambil memperagakan. "Loh memang kenapa, kan lebih manis kalau Lois senyunya lebih lebar, coba..." rayu ku lagi. "Kata mama gak boleh kelihatan giginya kak, soalnya gigi Lois Ompong....!!!" ucapnya lagi dengan gaya anak-anaknya. Seketika aku tertawa "ha.ha.ha.ha... Oalaaahhh... Lois... Karena Ompong toh...." ucapku sambil tertawa. cepat aku tersadar agar dia tak merasa malu, ku hentikan tertawaku " Gak apa-apa Lois, biarpun ompong Lois tetap cantik kok, malah Lucu... Coba deh senyum pasti pada suka sama senyum Lois" ucapku menenangkan. sekali lagi Lois berusaha tersenyum di lihat oleh kakak-kakak lainya yang ikut serta dalam peragaan busana ini, seketika mereka pun tertawa melihat senyum Lois yang polos.

Jangan Takut tersenyum ya Lois, senyum kamu manis kok....walau tanpa gigi kami semua suka melihatnya...