Thursday, February 23, 2012

Maafkan tak bisa bersama kalian lagi......Miss you so....!!

Semua anak itu istimewa..., setiap manusia itu pandai dan cerdas..., setiap pribadi itu spesial... dan setiap orang butuh di hargai..., kata-kata ini lah yang selalu saya pegang ketika saya berhadapan dengan anak-anak. Bercermin pada masa kecil saya yang indah dalam lingkup keluarga sederhana dan orang-orang yang menyayangi saya dengan caranya.

Pertama kali saya menginjak sekolah itu, tak pernah terfikir oleh saya untuk berhenti di sana, bahkan untuk bertahun-tahun. Yang terfikir saat itu hanyalah berniat membantu dengan keahlian dan pengetahuan yang saya miliki. Perlahan-lahan mulai terlihat hasilnya, background saya yang tak memiliki adik dan merupakan anak terakhir di keluarga membuat saya begitu dekat dengan anak-anak.

Kepergian saya, ke Malaysia bersama Tim untuk menaikan nama sekolah membuahkan hasil sekolah makin di kenal, dari murid hanya 125 orang kini mencapai 327 orang, dari sekolah berakreditasi "B" karena kami memiliki Prestasi ke Malaysia akhirnya berakreditasi "A", semua ini saya kerjakan dengan sukarela. Membuat sesuatu yang menarik dengan dana pribadi, bahkan membuat proposal, editing video dan photo kegiatan sekolah serta paparan untuk akreditasi siang dan malam agar saat akreditasi lebih menarik yang tak sedikitpun di hargai oleh mereka tak menghalangi kreativitas saya untuk menuntun adik-adik lebih mengenal bakat pada dirinya.

Mereka bagai adik kecil saya, kami bercerita berbagai hal di setiap istirahat, kami berbagi banyak hal di sepanjang waktu luang kegiatan sekolah, sesekali kantor ini penuh oleh celotehan mereka yang saling berebut bercerita akan banyak hal, sesekali wajah mungil mereka muncul di balik pintu kantor hanya sekedar menyapa saya yang sedang dihadapkan tumpukan kerjaan dengan senyum gigi ompongnya. Terfikir dalam benak saya ntuk menuntun mereka menulis cerita tentang pengalamanya dalam sebuah tulisan, saya buatkan mereka komunitas dan wadah untuk mereka berbagi dan menyalurkan aspirasi mereka dalam sebuah Blog sekolah. Walaupun terkadang pulsa internet pribadi saya tak pernah di bayar oleh pihak sekolah, namun itu tak membatasi saya untuk terus membimbing mereka yang senang bercerita menjadi penulis, yang senang melukis dapat di tayangkan karyanya, yang senang dalam seni bentuk dan tari bisa bangga karena di liput oleh temanya yang gemar bercerita.

Sesekali saya membantu proses belajar mengajar di kelas, pernah dalam waktu yang cukup lama saya merangkap sebagai operator sekolah sekaligus sebagai guru bidang studi atas permintaan komite sekolah karena kekosongan guru bidang studi tersebut, awalnya membantu seorang guru bidang studi yang katanya kesulitan memiliki buah hati setelah sekian tahun menikah dan ketika dia di berikan anugerah kehamilan dia tak sanggup mengajar semua kelas karena lemahnya kehamilan beliau.

Awalnya bantuan saya itu di hargai oleh komite dan sekolah, secara financial upah saya di tambahkan oleh sekolah (walau tak seberapa namun saya menghargai setiap penghargaan mereka terhadap saya) tetapi setelah beliau kembali masuk (setelah 6 bln cuti) dan akhirnya saya tetap membina empat kelas serta dia lima kelas rendah (karena menurut guru bidang studi itu dia belum dapat maksimal mengajar karena bayinya tak dapat di tinggal lama dan dia sendiri masih dalam keadaan lemah sehabis menjalani persalinan).

Ini lah awalnya pengorbanan saya di abaikan, bahkan saya hanya di hargai sebagai operator sekolah saja, untuk pengorbanan saya mengajar di kelas tak sedikit pun pihak sekolah menghargai saya, secara financial saya hanya di berikan sebesar honorer operator sekolah. Tetapi saya lantas tak patah semangat, dengan terus membimbing adik-adik ini sebisa saya, sesekali saya berikan games untuk memotivasi mereka saya berikan mereka hadiah di setiap games yang mereka menangkan. Dan ketika mereka akan menghadapi ujian sekolah walaupun harus menggunakan financial pribadi, untuk memotivasi mereka dalam belajar saya katakan kepada mereka siapa pun yang mendapatkan nilai ujian tertinggi di kelas saya akan hadiakan buku cerita. Bahkan saya mengorbankan waktu luang saya buat adik-adik yang ingin sharing pelajaran karena merasa kurang di kelas.

Usaha saya dalam memacu semangat belajar mereka perlahan mulai di rasakan hasilnya, anak-anak yang awalnya hanya terlewatkan begitu saja oleh guru mereka kini menjadi yang terbaik di kelasnya dalam nilai, bakat mereka mulai terlihat sesuai pribadi mereka, kemudian timbul dalam benak saya ingin membuat suatu club di sekolah sesuai bidang studi yang saya ajarkan, club ini akan di adakan seminggu dua kali dalam seminggu karena proses belajar mengajar di kelas berlangsung sekitar jam 7.30-13.30, dan guru selesai tugas di sekolah jam 15.00, dalam waktu 1.30 yang terbuang sia-sia mungkin saya bisa mengumpulkan mereka di dalam club itu.

Di sekolah banyak anak yang tak mampu untuk mengikuti kursus atau les private di luar sekolah tetapi cerdas dalam mata pelajaran ini, karena itu saya berencana menyatukan mereka untuk menanbah wawasan mereka. Tetapi belum terlaksana rencana itu sesuatu hal besar terjadi dan membuat saya tertunduk lemas...., semua pengorbanan saya untuk dunia pendidikan seakan sia-sia di mata mereka..., waktu saya yang seharusnya saya gunakan untuk mencari pekerjaan tetap yang lebih baik dari pada hanya sekedar guru honorer seakan terbuang sia - sia termakan oleh usia yang semakin bertambah....

Saya bagaikan di tampar oleh sebuah tangan yang kekar, tak ada yang membela dan tak ada yang berusaha untuk menenangkan, semua bahkan mungkin bertepuk bahagia di balik punggung saya. Berhari-hari saya tertunduk lemas dalam penderitaan batin tetapi tak satu jua yang berusaha menegakkan kembali jiwa saya. Bila ingat kejadian itu ingin rasanya saya menangis kencang, berteriak agar semua orang tahu betapa sayangnya saya kepada anak - anak itu.

"Tolong jangan racuni mereka dengan tindakan yang tidak terpuji...!!" seorang guru mampu memberika jawaban Ujian kepada muridnya bertahun - tahun dia mengajar, meracuni muridnya dengan dalih les private yang berujung kepada jawaban ujian sekolah sehingga orang tua merasa dia sudah berhasil memberikan les private pada anaknya lewat seorang guru bidang studi, agar tidak terjadi lagi saya mencoba pendekatan kepada anak dan orang tua murid dengan tidak bermaksud menuduh saya coba menjelaskan,  seorang wali murid bahkan mengatakan "Hal ini sudah biasa, kenapa harus di perbesarkan...!" itu yang dia katakan ketika anaknya saya panggil karena ketahuan mendapatkan jawaban ujian sekolah dari seorang guru yang memberikan les kepadanya. bahkan wali murid itu meragukan kepandaian saya dalam mengajar, saya masih ingat sekali wajah dia menghakimi saya dengan kata-katanya "apa sih yang di ajarkan...! paling cuma nyanyi-nyanyi sambil main Games terus, gak pernah ada catatan....!!".

Hari dimana seorang ibu dan ayah datang menghakimi cara saya mengajar dan membenarkan tidakan seorang guru yang memberikan jawaban ujian di setiap les private-nya, tak mungkin saya lupakan. Semua seakan sia-sia, usaha saya mengajar agar anak-anak termotivasi leawat games dan nyanyian di anggap suatu hal yang membodohi anak karena tidak pernah menulis catatan atau latihan soal (karena mereka menganggap belajar itu adalah menulis, mendengar dan latihan soal). Saya hanya dapat tertunduk tak berdaya oleh kekecewaan di dalam hati saya, beginikah orang tua mendidik anak mereka...?? membenarkan tindakan seorang guru dengan berdalih les private untuk sebuah nilai yang besar bagi anaknya.

Saya lelah berjuang sendiri tanpa dukungan bahkan ketika saya mencoba mengulang kembali ujian tersebut saya mendapatkan perbedaan nilai anak-anak itu jauh di bawah nilai awal, ada yang awal ujian mendapat nilai 80 setelah di uji ulang mendapatkan nilai 18. tapi bukti itu sia-sia, tetap orang tua murid menganggap saya tidak adil dengan guru tersebut dan menuduh saya melarang murid-murid les dengan guru tersebut. Saya ingin bertahan bila melihat wajah mungil mereka yang menyayangi saya, tetapi saya merasa ini bukan tempat saya, bukan cara saya untuk berbagi pengetahuan dan mengamalkan ilmu saya, karena betapapun kuatnya saya bertahan takakan ada penghargaan di dalamnya.

Seandainya orang tua murid mengerti, saya hanya ingin menyelamatkan anak-anak mereka dari pembodohan, tetapi mereka tetap beranggapan dengan memberikan les private kepada guru bidang studi itu sudah merupakan usaha terbaik mereka untuk membimbing anak-anak mereka. buat mereka anak harus memiliki nilai tinggi tanpa harus memahami pelajaran yang mereka dapati.

Teruntuk mahluk mungil di sana..... Maafkan saya, bila memang cara saya salah, tetapi saya sudah memberikan maksimal untuk kalian, dan saya yakin semuanya kelak ada manfaatnya, saya sayang kalian... walau nanti pun kalian akan lupakan saya dan berpaling dengan yang lain... satu hal yang harus kalian ingat...., saya akan ada untuk kalian menjadi yang pertama untuk mendengarkan, berbagi berbagai hal dan meraih tangan kalian untuk saya genggam agar kalian kuat menjalani kehidupan kalian di hari depan.

No comments:

Post a Comment