Friday, May 31, 2013

Lambang Cinta Tanpa Batas

Besar dalam pangkuan nenek membuat aku tumbuh dan belajar dari kehidupan, sejak kecil nenek menanamkan betapa indahnya dunia kecil tanpa kepentingan pribadi yang merusak. hidup penuh dengan kasih dan sayang, saling menghargai dan menghormati sesama.
Felix dan Fani dua beradik kakak ini sudah bagaikan adik bagi saya, tak ada lagi perbedaan diantara kami. Nenek menjaga kami tanpa membedakan, menyayangi kami dengan penuh kasih dan sayang, menghormati perbedaan diantara kami dengan bijak dan menghargai kami selayaknya manusia yang memiliki hak untuk di hargai.
Felix dan Fani sama dengan aku, lingkup keluarga yang kedua orang tua sibuk bekerja membuat kami tumbuh dalam kasih sayang nenek yang kala itu juga menjaga felix dan fani di saat orang tua mereka bekerja. Walau pun mereka tak memiliki hubungan keluarga dengan kami, nenek menyayangi mereka layaknya cucunya sendiri. Masa kecil bersama mereka dan nenek membuat kami dekat dan tumbuh menjadi saudara, mereka sudah bagai adik bagi ku dan aku sudah bagai kakak bagi mereka.
Kepergian nenek di saat kami masih belia membuat kami sedikit goyah, kepentingan pribadi semakin membuat kami mulai menjauh. Di tengah kegoyahan itu kehidupan menggantikan posisi nenek dengan kedatangan mbah ti ditengah-tengah kami, mbahti sama dengan nenek ku begitu menyayangi kami tanpa peduli dengan perbedaan diantara kami. mbah ti adalah nenek dari Felix dan Fani, walau pun begitu seperti halnya nenek ku tak ada beda cintanya kepada kami.
Masih terasa ciuman lembut mbah setiap ia datang mengunjungi kami di jakarta, karena mbah ti tinggal di jawa. Kemudian mbah pindah ke Bandung dan intensitas kami bertemu pun semakin sering. Belajar membuat donat tidak membuat aku kemudian pandai membuatnya, karena akhirnya mbah juga yang membuatkanya untuk aku. Memang mbah itu top banget deh, paling seneng kalau mbah datang ke Jakarta aku bebas dari tugas memasak karena mbah pasti akan memasakan aku lauk yang enak-enak.
Sesaat aku ingat nenek ku betapa bahagianya masa kecil kami dulu bersamanya, pulang sekolah sudah tersedia makanan yang lezat di meja, menunggu kami di depan pintu rumah dan tersenyum ketika kami satu persatu terlihat di balik pintu olehnya.
Begitu pun mbah ti, sambil merajut di kursi yang berhadapan dengan televisi tak jauh dari pintu masuk dia menunggu kedatangan kami, dia akan tersenyum dan langsung menciumi pipi kami satu persatu ketika kami memasuki rumah.
Kembali ku pada sekotak peti di hadapan ku, tubuh yang selalu tersenyum dan menciumi pipiku kini sudah terbujur kaku di sana, dengan gaun putih yang ia jahit dengan tanganya sendiri, wajah cantik yang terhiasi makeup sederhana dan seikat buket bunga di tanganya. "Mbah.....bangun....", batin ku berkata.... "mbah tidur kan...jangan pergi tinggalkan kami...tolong bangun mbah..." batin ku kembali berucap, tetapi ia tak juga membuka matanya, dia tertidur dalam damai di sebuah peti yang berhias bunga segar.
Riuh suara nyanyian mengalun mengiringi kepergian mbah, aku yang seorang muslim hanya dapat memandangi upacara pemakaman itu dari kejauhan dengan tetap berharap ini hanya mimpi, tetapi ketika peti itu akan di tutup, sekali lagi ku terobos kumpulan orang yang ingin melihatnya terahir kali. Aku berlari menghampiri peti itu, tak ku hiraukan pandangan penuh tanya orang - orang di sekitar dengan penampilan ku yang berjilbab/berhijab. Ku pegangi tangan mbah, pipinya dan pundaknya ku guncangkan dengan tetap berharap ini hanya mimpi, tetapi ketika peti itu benar-benar tertutup menghapus semua anggapanku. Tanpa terasa air mata yang aku tahan menetes juga di sudut mata, ku peluk Fani dengan tangis ku yang meledak akibat ku tahan berjam-jam.
Ku selusuri pemakaman yang merupakan tempat peristirahatan terahir mbah, perlahan peti diturunkan dengan iringan nyanyian rohani, kembali aku hanya bisa memandangi dari kejauhan. Setelah semua pergi baru aku mendekat, ku pandangi gundukan tanah itu sambil ku sentuh nisan yang berbentuk salip itu, kemudian aku terduduk sambil memegangi tanah basah itu. "mbah entah apakah doa ku akan sampai atau tidak, aku hanya berharap mbah bahagia di sana dan segala kasih serta sayang mbah di balas oleh yang maha kuasa dengan kelapangan di alam sana". Bati ku berucap
Selamat jalan nenek halimatun....., selamat jalan mbah ti.....Kalian adalah lambang cinta tanpa batas, karena kalian menyayangi kami tanpa memperdulikan perbedaan diantara kami, menyayangi kami tanpa membedakan siapa kami, menyayangi dengan tulus tanpa batasan apa pun...