Monday, March 26, 2012

27 February 2011

27 Februari adalah hari yang tak mungkin saya lupakan, merupakan sejarah dalam hidup saya beruntung mendapatkan tanda tangan dari cucu seorang Bapak pandu sedunia yang begitu di junjung dedikasinya dalam kepanduan dunia.

Berawal dari ajakan seorang teman yang sudah begitu dekat dengan saya, akhirnya dengan berbekal keyakinan saya berangkat ke Malaysia bersama beberapa pembina yang cukup senior dalam kepramukaan. Sabtu siang kami berangkat dari Jakarta menuju kuala lumpur, malam hari kami sampai di kuala lumpur. sepanjang perjalanan tak hentinya saya terus membayangkan seperti apa ya kira-kira sosok Michael Baden Pawell ini..!!

Minggu pagi Saya datang mengunjungi sekolah yang sedang mempersiapkan kedatangan Michael Baden Powell dengan begitu istimewa, perlahan saya menyusuri koridor sekolah mengenang kebersamaan saya di tahun 2010 pada acara Karnival kokurikulum di sekolah ini. kenangan bersama Daffa, Michelle, Arif, Fikri, Anwar, Putri dan Muthary. Sejenak saya teringat dengan sesosok mungil yang mencium pipi saya ketika saya akan berangkat kembali ke Indonesia, "kemana dia ya..." fikir saya sambil mencari-cari sosok mungil itu di antar murid-murid di sekolah itu.

"Rika...!!" pangil seseorang dari kejauhan, saya langsung mencari asal suara itu dan pandangan saya tertuju pada seorang teman yang juga seorang guru di sana. Perlahan saya lambaikan tangan ke arahnya, "come Rika, lihat Scout den kami" ucapnya lagi. Saya kemudian berlari menghampirinya ke tingkat dua dari gedung sekolah itu. Dia mempersilahkan saya masuk ke dalam sebuah ruangan yang merupakan sanggar dari perkumpulan Pramuka di sekolah itu. "Bagus Bangeeett....!!" ucap ku kagum melihat tertata rapinya Sanggar itu, ketika masuk di sisi kiri pada dinding di pajang dengan rapih bingkai-bingkai foto-foto kegiatan yang di lakukan oleh adik-adik Pramuka di sekolah itu, di sisi kanan tengah ada sebuah Meja dan kursi yang bagus, di atasnya ada sebuah prasasti yang nanti akan di tanda tangani oleh Michael Baden Pawell, di dalam ruangan itu ada 3 kamar yang berisi andalan-andalan gugus dari sekolah itu.

Saya menghampiri meja besar yang terletak di tengah dan membaca isi dari prasasti yang akan di tanda tangani nanti, seketika mata saya tertuju pada sebuah kuda lumping pemberian dari sekolah kami ketika itu, "Waahhh... Kuda kepangnya sehat-sehat ya..., terima kasih sudah di jaga dengan baik, di beri makan apa mereka..?" canda ku kepada mereka. "Kami beri rumput tak mau, susah kami cari makan untuk kuda kepang ni, akhirnya kami beri nasi goreng, barulah mereka makan.." ucap salah satu teman saya menyambut gurauan saya, seketika kami pun tertawa.

Malam hari sebuah jamuan makan malam pun terhidang dengan begitu mewah dan sempurna, setiap siswa duduk dengan rapih dan tertib. Saya kagum dengan mereka, walau masih kecil tetapi mereka tak satu pun yang berjalan atau berlari-lari selama acara, mereka tertib mengikuti acara. Michael Baden Powell dan Joan Baden Powell adalah sosok yang ramah dan menyenangkan, mereka berjalan menghampiri setiap meja makan tamu yang menghadiri acara tersebut, seakan bukan mereka yang tamu tetapi kami lah tamu mereka.

Ketika saya sedang sibuk mengambil Gambar, tanpa sengaja saya melewati meja Michael BP, saya terkejut ketika dia berdiri dan menyapa saya dengan bahasanya dan kemudian menyambut tangan saya bersalaman. kami berbincang-bincang sedikit saat itu, dan saya menanyakan kapan dia akan datang ke Indonesia, saya katakan kalau saya dari Jakarta Indonesia. senang rasanya melihat Michael begitu ramah dan baik kepada saya bahkan mau menghampiri saya dan sedikit berbicang-bincang mengenai Pramuka di Indonesia.

Ketika dia menuju ke atas untuk menandatangani prasasti di sanggar Pramuka, saya mengikutinya hanya niat untuk mendapatkan gambar dia sebanyak-banyaknya, "Kakaaakk.....!!!" teriak seorang bocah kecil kepada saya disudut tangga. Saya langsung mencari asal suara itu, "Hi...." ucap ku ketika ku lihat dia menghampiri dan langsung berlari memeluk ku dan mencium kedua pipiku. Yaaa.... Tuhaan... teriaku dalam hari, ini gadis kecil itu... dia masih mengingatku. sejenang aku berbincang melepas rindu denganya dan kemudian menayakan namanya, "akhirnya saya tahu namanya" batin saya berucap".

Di ruang Sanggar yang sudah ramai dengan wartawan dan juru foto lainya tak menghalangi saya untuk mengambil gambarnya, bahkan semua orang memberikan jalan untuk saya mendekat kepada Michael. "Biar saya pegangkan cameranya" ucap seorang Pengakap (Pramuka) dewasa ke pada saya, Mr. Michael memanggil saya untuk bergabung Foto bersama dengan yang lain, hasilnya hanya saya sendiri lah yang mengenakan seragam Pramuka dari Indonesia, dan pada akhir penandatanganan prasasti saya memintanya untuk menandatangani dasi pramuka saya. Senangnya..... melihat dia dengan senang hati meraih dasi saya ketika saya memintanya menanda tanganinya.

Tak terbayangkan bahagianya saya saat itu 27 February 2011, hari yang tak akan saya lupakan, terima kasih untuk sahabat-sahabat saya di Malaysia atas kesempatan untuk bertemu dengan Mr. Michael Baden Powell dan Mrs. Joan Baden Powell. dan yang terpenting saya tahu nama dari adik kecil yang mencium pipi saya ketika itu. Miss...you...all.....

Begitu Mencintai Dunia Pendidikan

Mungkin benar karena lingkungan saya hampir semuanya pendidik, ini lah yang membuat saya begitu mencintai dunia pendidik. sedari kecil hidup dalam buaian seorang ibu yang guru di sebuah sekolah dasar dan paman saya yang tinggal bersama kami, kebetulan adik dari ibu saya juga seorang pendidik di sebuah perguruan tinggi di Jakarta .

Sedari kecil saya termasuk anak yang banyak bertanya sehingga membuat kedua orang tua saya sedikit kewalahan, tetapi mereka dengan bijak membimbing saya untuk menjadi manusia kreatif dan mandiri. Paman saya yang ketika itu masih sendiri dan kebetulan tinggal di rumah merupakan salah seorang yang berperan penting membawa saya ke dunia pendidikan.

Masa kecil yang indah membawa saya begitu mencintai dunia pendidikan, karena itu saya selalu ingin dekat dengan lingkungan sekolah dan membuat saya termotivasi untuk sekolah lagi dan terus sekolah lagi. memasuki dunia kerja saya tetap berangan-angan terus melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi lagi, Alhamdulillah saya bisa mencapainya hingga pada tingkat Magister. Dan hingga kini saya tetap berangan-angan bisa mencapai tingkat doktoral dan Profesor (he.he.he.... yakin banget ya gue...), namanya juga angan-angan boleh dong bercita - cita.

Tahun 2006 saya memulai karir di bidang pendidikan, sebuah lembaga pendidikan program kelas internasional yang bekerja sama dengan dinas pendidikan, membuka jalan saya untuk semakin mencintai dunia pendidikan. Guru-guru muda yang bekerja di sana begitu aktif dan kreatif, sepanjang hari sehabis mengajar mereka sudah asik di depan komputer mencari bahan pengajaran yang akan di sampaikan untuk esok hari. sistim pengajaran yang menyenangkan dan aktif yang membuat murid begitu tertarik mengikuti pelajaran membuat saya semakin terinspirasi untuk mengajar, hanya saja mungkin keberanian belum ada saat itu.

Pengalaman saya menuju Malaysia dan Singapore di tahun 2007 menambah saya begitu mencintai dunia pendidikan. Melihat, mengamati dan merasakan sekolah di Malaysia dan Singapore walau hanya dalam program Studi banding, membuat saya begitu rindu dengan dunia pendidikan. Dengan berbekal pengetahuan dari luar negara itu saya berangan-angan membawa bangsa ku maju seperti mereka.

Pengetahuan saya ini kemudian saya terapkan dalam sebuah sekolah dasar negeri di Jakarta, berbekal angan-angan yang tinggi agar bangsa ini lebih maju dalam sistim belajar dan mengajar membuat saya begitu bercita-cita tanpa melihat apakah mungkin negeri ini di bawa ke sitim pendidikan seperti di negara itu.

Ternyata dunia pendidikan di negeri ini belum bisa seindah yang saya bayangkan ketika saya menuju negeri orang, terlalu banyak hal-hal kecil yang menjadi besar dan terlalu banyak hal-hal besar menjadi kecil di mata kita hingga akhirnya tertutup oleh peraturan dan birokrasi yang ada.

Yang berkualitas semakin tersingkir dan yang tidak berkualitas semakin di junjung tinggi, ingin menangis melihatnya, tetapi ini kenyataan yang harus saya hadapi, saya hanya bisa diam tanpa dapat melawan, terpaku dengan kekecewaan yang mendalam. Cita-cita yang begitu tinggi agar anak dan cucu saya kelak dapat merasakan pendidikan yang layak hancur oleh pemandangan menyedihkan yang ada dalam lingkungan saya.

Namun kecintaan saya pada dunia pendidikan belum padam, saya tetap berharap suatu hari nanti akan ada tenaga pendidik yang benar-benar mendedikasikan dirinya untuk dunia pendidikan tampa pambrih, seorang pendidik yang kreatif menciptaka suasana menyenangkan dalam belajar, tenaga pendidik yang begitu dekat dan di cintai muridnya bukan tenaga pendidik yang di takuti murid-muridnya, tenaga pendidik yang berkualitas berasal dari lulusan yang bisa di pertanggung jawabkan bukan hanya sekedar lulusan dari perguruan tinggi hanya untuk mendapatkan sertifikasi, dan seorang pendidik yang adil terhadap seluruh muridnya sehingga tak ada lagi diskriminasi antara yang ikut private les dengan yang tidak ikut private les.

Setiap anak adalah unik, setiap anak memiliki hak yang sama, setiap anak adalah pandai di bidangnya masing-masing maka manfaatkan lah bakat yang ada di dalam diri setiap anak, seandainya mereka tahu bagaimana membangkitkan semua itu saya yakin dunia pendidikan akan membawa negeri ini makmur dan maju.