Sunday, June 23, 2013

Terima Kasih Sahabat Ku

*)Sepasang sepatu berjalan bermil jaunya, terinjak-injak bahkan mungkin sampai sobek hanya untuk melindungi kaki si pemiliknya agar tidak terluka. 
*)Seekor Domba harus rela kedinginan karena bulunya di cukur/pangkas untuk memberikan manfaatnya Kehangatan bagi Manusia. 
*)Sebuah lilin menyala dalam kegelapan walaupun tubuhnya mencair dan habis terbakar namun dia sanggup menerangi kita dalam kegelapan. 
Lalu sanggupkah manusia bercermin kepada mereka...??

Mengenalnya pertama kali masih ingat saya, saat itu datang ke sebuah sekolah di daerah Salemba, salah satu SMAN Pavorite di Jakarta yang mengadakan kelas Internasional (KI) di sekolahnya ini adalah produk dari manajemen kelompok kami, sebuah kelompok cendikiawan yang membangun progaram KI di Jakarta yang berawal dari SMAN paforite di beberapa sekolah di Jakarta.
Tubuhnya yang mungil berbalut busana muslim, senyumnya yang selalu mengembang, matanya yang sipit menunjang kulitnya yang putih seperti orang China. Dia datang menghampiri saya dengan ramah berbincang-bincang layaknya partner baru yang akan bekerja sama dalam sebuah proyek, sekilas dia melirik kepada saya, "kalau di lihat-lihat kamu mirip juga dengan NL anaknya pak SA". ucapnya sambil tersenyum, dalam hati saya hanya bergeming, bagaimana tidak dia kan sepupu saya anak dari paman saya, jelas saja kalau kami memiliki kemiripan. Namun demi profesionalisme saya berusaha menyembunyikan identitas saya yang merupakan keponakan dari pak SA.
Seiring berjalanya waktu, kebersamaan kami sebagai partner yang begitu kompak mengakibatkan dia tahu siapa saya, ya sudah lah...!! fikir saya toh dia sudah bagai saudara bagi saya, bukan sekedar partner kerja lagi.

Sejak dulu tak pernah terbayangkan oleh saya bisa berjalan-jalan ke luar negara, bagi saya itu hanya dalam mimpi, saya juga tak pernah membayangkan bisa meneruskan sekolah walaupun tetap berharap itu akan menjadi nyata. Dia mengenalkan banyak hal kepada saya, tentang dunia kerja, tanggung jawab kerja dan berusaha meraih cita-cita dengan mengambil semua kesempatan yang ada.

Pertama kali saya keluar negeri adalah ke Singapore dan Malaysia, waktu itu ada beberapa guru yang di tugaskan ke negara tersebut untuk sebuah kunjungan ke sekolah-sekolah di kedua negara tersebut yang mengacu pada kurikulum Cambridge, entah mengapa Paman saya yang merupakan ketua program saat itu tidak memilih saya untuk ikut, mungkin karena menurut dia bahasa Inggris yang saya kuasai belum mampu membawa saya ke negara tersebut dan belum adanya pengalaman saya sebagai guru karena waktu itu saya baru pertama kali mengenal dunia kerja, tetapi dengan bujukan teman saya yang mungil ini (sebut saja Ika) akhirnya saya ikut juga, dengan biaya sendiri tidak dari kantor seperti guru lainya yang ikut bersama saya, tak lepas juga bantuan dari Ika akhirnya saya berangkat juga ke sana.
Bisa di bayangkan betapa bahagianya saya saat itu, pertama kali saya memiliki Paspor sebagai identitas Internasional saya dan pertama kalinya saya bisa pergi keluar negara walau hanya sebatas negara tetangga, tetapi semua itu tak bisa di bayangkan dengan kata-kata.
Ika selalu menganggap saya mampu, dia tak pernah menyepelekan saya, dia selalu membuat saya harus memanfaatkan kesempatan sekecil apa juga. Selama berkunjung di kedua negara itu tak lepas bahasa Inggris di pergunakan, dan dengan sedikit support darinya dengan bahasa Inggris yang masih berantakan saya pun terpaksa menggunakan bahasa itu untuk bertanya, menjelaskan dan berkomunikasi dengan guru-guru di sana. Karena Ika keras untuk ini dia tak akan membantu saya terpaksa saya harus maju dengan bahasa Inggris yang standar kala itu.

Mendapatkan kesempatan untuk meneruskan sekolah ke tingkat Magister Akuntansi di Universitas Indonesia juga tak lepas dari support dan proses keyakinan lalu menciptakan rasa percaya kepada diri saya untuk mengikuti test masuk Universitas Indonesia. Bisa di bayakan di saat itu saya sudah pasrah, gak mungkin rasanya saya yang seperti ini bisa masuk Universitas Indonesia dengan Toefl yang saya rasa gak cukup baik untuk masuk UI apa lagi untuk tingkat master. Tetapi Ika selalu ada untuk saya, meyakinkan saya dan menumbuhkan rasa percaya diri saya, masih ingat ketika seorang staf UI menghubungi saya lewat telpon tentang kelulusan saya, dan saya masih belum percaya dengan senangnya Ika memeluk saya mengucapkan selamat. "Bismillah" akhirnya saya lulus, Alhamdulillah selesai juga sekolah saya di sana, walau sempat menyerah karena harus bekerja sambil kuliah pada malam harinya, tetapi Ika selalu mendorong aku untuk bisa, yakin dan percaya kepada kemampuan diri. Saya ingat satu ucapan dia "gue aja percaya sama kemampuan elo Ni' masa sih elo gak yakin sama diri lo sendiri kalau elo pasti mampu dan pasti bisa..!!".

Persoalan di dalam keluarga sempat membuat saya menyerah pada takdir, tetapi lagi-lagi dia bilang "gue percaya lo mampu Ni' itu cuma misi dalam kehidupan yang harus kita selesaikan bukan kita hindari", usianya memang lebih muda dari saya tetapi semangat dan keyakinanya akan kehidupan dan Tuhan membuat saya malu pada diri saya sendiri.

Saya pernah mengeluh ingin sekali kursus bahasa Inggris di TBI pusat, tetapi kok ya biaya kursusnya mahal banget, satu termnya bisa bertarif jutaan rupiah. tentu saja dengan perekonomian keluarga aku tak mungkin aku bisa kursus di sana walau hanya satu term. Suatu hari dia mengajaku jalan, alasan dia mau kursus di TBI dan meminta saya untuk menemani dia untuk daftar di sana. Dua formulir tes di berikan oleh mereka sedikit bingung saya bertanya kepada dia kenapa ada dua kertas test kan yang mau masuk hanya Ika, dengan senyum nakalnya dia langsung bilang "katanya mau kursus di TBI, udah kerjain aja gak usah banyak bicara". dengan banyak pertanyaan di otak ku seperti biasa Ika mampu memaksa saya menuruti kemauanya. Dengan bantuan dia akhirnya saya bisa mendapatkan kursus gratis di TBI, sementara dia yang sama-sama lulus dengan saya seenaknya mengundurkan diri dengan alasan "gue kan cuma nemenin elo test biar elo gak ragu-ragu, elo kan suka ragu Ni' gak yakin, itu tuh...penyakit elo" ucapnya sambil tersenyum.

Banyak hal-hal kecil yang akhirnya bisa menjadi besar di mata saya, banyak yang menurut fikiran saya tak mampu tetapi dia selalu ada untuk yakinkan saya bahwa saya mampu, ketika saya ragu dia meyakinkan saya pasti bisa, ketika saya takut dia memaksakan saya untuk berani, ketika saya rasa tak mungkin dia selalu bisa membuat saya menjadi mungkin melakukanya.

Banyak hal yang dia lakukan untuk bisa membuat saya memiliki rasa percaya diri untuk jalani semuanya yang menuru saya gak mungkin menjadi mungkin saya kerjakan. Namun waktu tak selamanya berfihak kepada saya, kembali saya harus jalani hidup ini sendiri, tentukan jalan hidup sendiri dan memutuskan yang terbaik untuk saya. Jarak yang jauh dan setatusnya yang kini sudah berkeluarga membuat kami akhirnya terpisah, hampir 3 (tiga) tahun sudah kami tak berjumpa, mungkin saat ini dia sudah meraih mimpi-mimpinya, sementara saya di sini terus berharap akan ada cahaya terang berupa sahabat seperti kamu yang tak pernah henti percaya dan yakin kepada saya di saat saya ragu terhadap diri sendiri dan orang lain meragukan saya, tetapi kami selalu yakin kepada saya dan selalu percaya kepada saya.

Terima kasih sahabat....ku... semoga kamu dapatkan kebahagiaan selalu dalam kehidupan baru mu, terima kasih Allah telah mempertemukan kita...semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kamu yang tulus kepada saya, Kamu selalu percaya dan yakin kepada saya di saat semua orang meragukan saya dan Terima kasih atas persaudaraan serta persahabatan yang selalu kamu berikan untuk saya. Miss you my Sister,my best...best friend...

No comments:

Post a Comment