Thursday, April 14, 2011

Sahabat Adalah Kekayaan Yang Sebenarnya

Dimanapun aku berada, kemanapun aku pergi, satu yang terpenting harus aku temui, yaitu kekayaan yang bernama Sahabat.

"Bak...mbak...duduk di sini aja...", Lebih dari sepuluh tahun yang lalu mungkin tak pernah terfikirkan oleh ku kata-kata ini yang akhirnya mengubah segalanya. Seorang teman baru di kelas ku bernama Lucy menyapa dengan lembut mengajak untuk duduk di sebelahnya, dengan gaya yang sedikit jaim (Jaga Image) aku menghampiri dan saling berjabat tangan memperkenalkan diri, sambil berbincang-bincang sedikit mengenai dirinya aku yang saat itu tak terlalu banyak berbicara hanya tersenyum memperhatikan celotehanya. Lucy teman terdekat ku yang telah merubah diri ku yang pendiam jadi bawel, dari aku yang katro jadi gaul he.he.he....

Sepuluh tahun yang lalu kaki-kaki muda kami menyusuri koridor kampus bersama. Terkadang tawa, canda, gosip dan kenakalan menghiasi hari-hari kami. Masi ingat ke jahilan yang Lucy buat ketika motor Arrez salah satu teman yang setia selalu mengantar dan jemput kami ke kampus, di belakang motor tepatnya di plat nomor di tuliskan "Ojeg Langganan", sesampainya di rumah Arrez baru sadar kalau di motornya ada tulisan itu langsung menelpon Lucy sambil marah-marah, tapi bukan lucy namanya kalau gak jail dan ini tak membuat kami benar - benar marah karena ulahnya.

Tak hanya bersamanya, ada beberapa teman lainya yang akhirnya satu per satu dekat dan menjadikan kami sekumpulan anak muda yang menjadi perhatian orang-orang di sekitar kami (maklum dari sekian banyak teman lelaki hanya kami berdua perempuan yang sering berkumpul bersama mereka), ada Jimmy yang Fiktor dan bawel, ada O'ge dengan kaca matanya melorot, ada Andri yang galak, Topan paranormal yang tampil trendy, Yun yang pendiam tapi jago komputer, Tino yang jago english dan programer, Willy yang narsis, Empriet yang cempreng, Bayu yang pelupa dll. (kangeeenn... banget sama kalian...).

Gaya tomboy, tubuh jangkung dan kurus serta T-shirt plus jeans belel gak pernah tertinggal dalam keseharian kami. Pernah ada seorang teman bernama Dedy menggoda kami (aku dan Lucy) dengan sebutan gawang Bola, karena seringnya kami kemana-mana berdua membuat mereka menyebut kami mirip gawang bola alias tiang gawang, "Awass... teriaknya kepada kami...gue mau tendang bola neh jangan deket-deket lo berdua" ucapnya sambil mengoda dengan gayanya yang ingin menendang bola masuk ke arah gawang, serentak kami pun tertawa di buatnya.

Hari demi hari persahabatan pun kian terjalin, tanpa di sadari berkumpul bersama teman-teman merupakan hal terpenting di sela-sela waktu kuliah kami yang berat walau kami berasal dari kelas dan fakultas yang berbeda - beda, nongkrong di warteg yang sama, bolos dari mata kuliah yang membosankan dan jalan-jalan ke bogor (menghirup udara segar), ke kota (pusat penjualan komputer) atau sekedar bermain games di Timezone (wahana permainan) adalah cara kami melampiaskan ke penatan. Maklum stasiun kereta Pondok cina begitu dekat dengan kami sehingga memudahkan kami untuk pergi di sela-sela kepenatan kami karena tugas kampus yang padat.

Sepuluh tahun yang lalu andai saja gedung yang berdiri di akses UI itu bisa berbicara, mungkin dia lebih pandai menceritakan bagaimana har-hari yang kami lalui bersama. Tukang ojeg di sekitar pun tahu karena kami sering terlambat pergi ke kampus, untuk mempercepat waktu kami gunakan ojeg untuk pergi ke kampus, Stasiun kereta api pondok cina adalah saksi kami melepas kepenatan, tak cukup rasanya diungkapkan lewat tulisan.

"Maaf ya..." kata-kata ini pun tak luput dari hari-hari kami dahulu, bukan hanya beradu mulut dan pertikaian biasa, tetapi mencintai orang yang sama pun pernah terjadi di antara kami. Begitu pula cinta dengan teman satu gank, karena gank kami terdiri dari lelaki dan perempuan yang sering melewati waktu bersama, sudah saling mengerti satu dengan yang lain, wajar rasanya bila salah satu atau salah dua dari kami terjalin perasaan yang lebih dari sekedar sahabat. Namun sungguh Allah SWT telah menjaga persahabatan ini hingga bisa mengalahkan pertentangan dan pertikaian yang ada. Perbedaan tidak menjadikan kesulitan yang berarti, namun menjadikan semua itu indah jika kami kenang.

Kini lebih dari sepuluh tahun persahabatan kami terjalin, melangkah bersama, bercerita bersama, berbagi dalam susah dan senang, tingkah iseng dan godaan nakal kami merupakan kenangan indah. Mungkin mereka tak pernah menhitung berapa tahun yang kami lewati bersama dan mungkin mereka juga tak pernah mengingat lagi saat-saat pertama kami bertemu, tetapi aku selalu berharap kisah kami tak akan pernah berakhir karena lebih dari sepuluh tahun kita mengukir kisah yang menurut kalian adalah hal yang kecil dan simple namun berharga buat ku.


Karena Sahabat adalah tempat dimana kita bisa merasa nyaman berada di antaranya, tanpa harus melihat kekurangan dan kelebihan yang di miliki, Karena Sahabat selalu menerima kita apa adanya dan melengkapi sisi kebutuhan jiwa, Karena Sahabat yang membuat perbedaan di antara kami menjadi indah. Teruntuk teman - teman ku di S1 (graduate school). Terima kasih....

No comments:

Post a Comment