Sunday, September 23, 2012

Belajar Kesabaran Dari Supir Taxi


Sepanjang jalan menuju pulang saya bagai melayang tak saya hiraukan orang-orang di dekat saya, yang ada dalam benak saya hanya kenangan masa kecil yang indah bersama orang-orang tersayang. Bagaimana bisa seseorang yang saya kagumin, saya banggakan bisa melakukan ini kepada saya. Saya sangat mengerti maksud dia baik tetapi saat itu saya benar-benar membutuhkan bantuanya, kesempatan tak bisa saya dapatkan di tahun depan karena ada batasan usia, harapan hanyalah pada satu kesempatan itu dan tak ada yang lain. tetapi tak dapat di capai hanya karena keegoisanya akan sebuah prinsip yang dia pegang.

Seketika saya teringat oleh teman saya di Bandung, dia banyak menbantu saya, dia sangat percaya kepada saya bahkan dia selalu mendukung saya. tak ada rasa iri atau takut akan di saingi oleh saya, yang ada pada dirinya adalah bagaimana agar saya maju terus melangkah tampa pamrih dia membantu. saya mulai mebanding-bandingkanya dengan dia, saya merasa dia tak pernah mendukung saya dan seakan takut tersaingi oleh saya. Mengapa orang lain lebih mau mendukung saya di bandingkan saudara sendiri, saya juga terus mengerutu dalam hati betapa teganya dia perlakukan saya seperti ini, tak setiap manusia sempurna, pasti pernah melakukan kesalahan dan saya tahu pasti kesalahan dia di masa lalu tetapi mengapa bagaikan orang sempurna dengan prinsipnya.

Saya langkahkan kaki menyusuri jalan dengan lunglai dan penuh dengan kesedihan, sakit hati dan kekecewaan. Saya rasakan itu semua karena saya begitu menyayanginya dan begitu bangga memilikinya, ternyata benar kata alm. nenek, "Kita boleh Bangga dengan keberhasilan yang di capai oleh saudara kita, tetapi jangan pernah BERHARAP, karena harapan hanya ada pada diri sendiri dan kebanggaan hanya bisa di milki oleh diri sendiri bukan orang lain".

Turun dari Trans Jakarta (Bus) saya putuskan untuk menaiki Taxi karena lelah berjalan tak tentu arah, di dalam taxi saya hanya diam karena lelah sambil menikmati kemacetan kota Jakarta. Supaya tidak mengantuk akhirnya saya putuskan untuk berbincang-bincang dengan supir taxi yang terlihat ramah dan bersahabat, entah mengapa pembicaraan itu akhirnya mengarah pada masalah saya yang baru saja saya alami. Dengan bijak Supir taxi itu memberikan sedikit pandangan kepada saya, tanpa menggurui dan tanpa menilai salah dia telah membuat saya kagum akan usaha-usahanya.

"Kamu masih muda banyak Jalan yang harus kamu tempuh, bila belum berhasil bukan berarti gagal, belum bisa di dapat belum tentu bukan yang terbaik buat kamu, Allah maha tau apa yang terbaik buat umatnya, terbaik menurut kamu bukan berarti terbaik menurut Allah. Bila akhirnya kamu belum bisa mendapatkanya berarti Allah masih ingin memberikan Misi yang lain yang lebih baik untuk kamu yang harus kamu selesaikan. Jadi jangan pernah putus berharap akan datang saatnya nanti lebih indah dari yang kamu harapkan." ucapnya sambil tersenyum.

Perlahan saya mencerna maksud dari perkataanya, bagaikan seorang malaikat yang berbisik kepada saya, "Masih ada misi kebaikan yang harus kamu lakukan bukan berarti gagal tetapi ada banyak di luar sana yang masih membutuhkan kamu untuk membantunya.". kemudian saya geser tempat saya duduk berupaya melihat wajah dan fisik Supir taxi itu karena saya duduk di bangku belakang, saya lihat wajahnya yang sedikit cacat dengan sebelah kelopak matanya menurun hampir menutupi matanya dan jemarinya yang memegang setir mobil sedikit meliuk-liuk seperti berombak, terlihat tak normal, entah kalau kakinya tetapi dari cara bicaranya sepertinya dia penyandang cacat tubuh.

SubhannaAllah, maha besar Allah yang menciptakan dia dengan kekuranganya namun tak gentar dia berjuang menghadapi hidup. Dengan keterbatasanya dia bisa mencari nafkah untuk 1 orang anak dan istrinya, dengan keterbatasanya dia tak mau mengemis, dengan keterbatasanya dia tetap berharap akan ada kebaikan dari kekurangan yang dia miliki. "Saya sudah 25 tahun menjadi supir taksi dik, karena sitemnya mencicil mobil sendiri dari komisi harian membawa taxi jadi saya sudah mendapat 3 mobil. hasilnya saya jual dan saya tabung buat anak saya sekolah ke perguruan tinggi nanti" Dengan senyum bangga membuat saya malu dengan diri sendiri

No comments:

Post a Comment